Monday, November 30, 2009

VALENTINE DAYS DAN PANDANGAN ISLAM TENTANGNYA


Valentine Day

Merayakan Valentine Day, Berarti Ikut Menuhankan Yesus


Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.
Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day.
Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.
Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.
Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?
SEJARAH VALENTINE DAY
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.
Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
KEPENTINGAN BISNIS
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

PESTA KEMAKSIATAN

Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.
Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary” kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.
Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.

IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya.
Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik!
“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah. ”
Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Wallahu’alam bishawab.(Rz)

KENAPA SIH PACARAN KOQ GAK BOLEH ???


sebenarnya banyak sekali pro dan kontra yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya kalangan muda, koq dalam ISLAM tidak di perbolehkan pacaran yah?,

Melalui Blog ini penulis men-share-kan beberapa artikel yang ditulis oleh beberapa orang / seorang yang kemudian harapan penulis, artikel yang di sajikan dapat di jadikan bahan referensi untuk berdiskusi.

Artikel berikut ini adalah hasil tulisan dari ummu raihanah yang merupakan seorang aktif yang menulis di buku2 Islami.

“Aih, Kenapa sih,…kok islam melarang pacaran?? Begitu keluhan fulanah.Buat Fulanah ia melihat ada sisi positif yang bisa diambil dari pacaran ini. Pacaran atau menurutnya ‘penjajakan’ antara dua insan lain jenis sebelum menikah sangat penting agar masing-masing fihak dapat mengetahui karakter satu sama lainnya (dan biasanya untuk memahami karakter pasangannya ada yang bertahun-tahun berpacaran lho!!).Fulanah menambahkan ,”Jadi dengan berpacaran kita akan lebih banyak belajar dan tahu, tanpa pacaran ?? Ibarat membeli kucing dalam karung!! Enggak deh…!” kemudian ia menambahkan “Bila suka dan serius bisa diteruskan ke pelaminan bila tidak ya,..cukup sampai disini..bay-bay!!, Mudahkan?”…hmm…Fulanah tidakkah engkau melihat dampak buruk dari berpacaran ini, ketika masing-masing fihak memutuskan berpisah??...Fulanah apakah engkau yakin benar apabila “putus dari pacaran” hati ini tidak sakit? Benarkah hati ini bisa melupakan bekas-bekas dari pacaran itu? Tidakkah hati ini kecewa, pedih, atau ikut menangis bersama butiran air mata yang menetes?? Sulit dibayangkan!Karena memang begitulah yang saya lihat didepan mata menyaksikan orang yang baru saja putus pacaran...

Bila memang kita tanya semua wanita muslimah seusia Fulanah (yang sedang beranjak dewasa) maka akan melihat ‘pacaran’ ini dengan sejuta nilai positif.Jadi, jangan merasa aneh bila kita dapati mereka merasa malu dengan kawannya karena belum punya pacar!!.. Duh,..kasihan sekali…Wahai ukhti muslimah…Mari kita telaah bersama dengan lebih dalam.Berdasarkan fakta yang ada, bila anda mau menengok sekilas ke surat kabar, tetangga sebelah atau lingkungan sekitar ,siapa sebenarnya yang banyak menjadi korban ‘keganasan’ dari pacaran ini? Wanita bukan??.. Bila anda setuju dengan saya, Alhamdulillah berarti hati anda sedikit terbuka.Ya,… coba lihat akibat dari berpacaran ini.Awalnya memang hanya bertemu, ngobrol bareng,bersenda gurau, ketawa ketiwi,lalu setelah itu??tentu saja setan akan terus berperan aktif dia baru akan meninggalkan keturunan Adam ini setelah terjerumus dalam dosa atau maksiat.Pernahkah anda ,.. mendengar teman atau tetangga ukhti hamil di luar nikah? Suatu klinik illegal untuk praktek aborsi penuh dengan kaum wanita yang ingin menggugurkan kandungannya? Karena sang pacar lari langkah seribu atau tidak mau kedua orangtuanya tahu? Atau pernahkah engkau membaca berita ada seorang wanita belia yang nekat bunuh diri minum racun serangga karena baru saja di putuskan oleh kekasihnya??Sadarkah kita, bahwa sebenarnya kaum hawalah yang banyak dieksploitasi dari ‘ajang pacaran ini?

Sungguh, islam telah memuliakan wanita dan menghormati kedudukan mereka.Tidak percaya??lihat hadits ini..”janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya” (HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad). Islam melarang laki-laki untuk berduaan tanpa ada orang ketiga karena islam tidak menginginkan terjadinya pelecehan ‘seksual’ terhadap wanita.Sehingga jadilah mereka wanita-wanita muslimah terhormat dan terjaga kesuciannya.Untuk kaum laki-laki pun islam melarang mereka menyentuh wanita yang bukan mahramnya coba simak hadits ini “Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi panas lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”(HR.Thabrani, dalam Mu’jamul Kabir)

Nah, jelas bukan mengapa islam melarang pacaran??Bila memang seorang laki-laki ingin serius menjalin hubungan dengan seorang wanita, maka islam telah menyediakan sarananya, yaitu menikah.Karena islam Bukanlah agama yang kaku, maka islam menganjurkan kepada masing-masing fihak untuk saling berkenalan (ta’aruf).Tentu saja tidak berduaan lho,..harus ada pihak ketiganya.Setelah itu? Ya,.selamat bertanya tentang biografi calon pasangan anda,apabila kurang jelas, masih kurang yakin..islam menganjurkan mereka untuk shalat istikharah agar di berikan pilihan yang mantap yang nantinya insya Allah akan berakibat baik bagi dunia dan akhirat kedua belah pihak.Setelah mantap dan yakin akan pilihannya..kuatkan azzam (tekad), dan Bismillah…menikah..!! Indah bukan??

Sunday, November 22, 2009

TENTANG BENUA ATLANTIS


baru-baru ini banyak sekali berkembang Isu atau rumor tentang keberadaan benua Atlantis. Atlantis menjadi bahan diskusi yang sangat menarik untuk di bahas.....

Nah, pada artikel kali ini, penulis ingin men share kan tentang keberadaan benua Atlantis tentunya masih dalam satu payung dan parameter Agama Islam...
Artikel ini di publikasikan sebagai bentuk publikasi semata, demi terciptanya Ummat yang berpengetahuan Luas.

ATLANTIS
Atlantis sebagai suatu gambaran Benua Yang Hilang sebenarnya muncul dalam buku Plato yang diungkapkan dengan format dialog yaitu trilogi “Timaeus” dan “Critias” yang ditulisnya pada tahun 370 SM. Kisah Atlantis diungkapkannya di dialog Timaeus dan Critia meskipun, nampaknya Atlantis merupakan suatu penjelasan tentang Republic sebagai dialog yang menguraikan gagasannya tentang sistem sosial kemasyarakatan yang disebut Republic yang kelak mempengaruhi bentuk-bentuk sistem sosial kenegaraan di masa depan.

Informasi yang disampaikan Plato tentang Atlantis secara garis besar sering ditafsirkan bahwa wilayah yang terletak antara Samudera Atlantik dekat selat Gibraltar sekitar 11.600 sebelum sekarang atau hari ini (jadi sekitar 9000 tahun sebelum masa Plato) mengalami suatu kehancuran besar-besaran karena adanya suatu gejala alam yang menghancurkan. Plato menggambarkan Atlantis sebagai suatu lingkupan daratan dan lautan, dengan istananya yang terletak di bagian tengah yang disebut “Mata Sapi”. Dalam risalahnya itu, Plato sebenarnya menggambarkan serangkaian dialog untuk mengekspresikan gagasannya dengan melalui suatu rangkaian dialog dan perdebatan dari berbagai karakter dalam bukunya itu.

Kata Atlantis dalam bahasa Yunani berati “Pulau Atlas”. Atlas adalah nama Dewa Penyangga Bumi yang namanya sekarang menjadi nama yang khas karena digunakan sebagai buku yang berisi kumpulan peta geografis dunia. Jadi, arti Atlantis sebenarnya secara harfiah adalah Lautan Atlas, atau lautan yang mendukung bumi yang sejatinya menyembunyikan arti “lautan” sebagai “air” di Planet Bumi yang 2/3 diantaranya dikelilingi oleh ‘Air”. Jadi, pengertian metaforis Lautan Atlantis atau Atlantis itu sendiri berkaitan dengan arti dan makna “Kehidupan” yang dikenal oleh manusia di Planet Bumi sebagai realitas atau dimaknai oleh manusia sebagai realitas melalui pengetahuannya dimana realitas itu lahir diatas air sebagai kehidupan yang bertopang pada suatu sendi yang kelak diartikulasikan sebagai Asma, Sifat dan Perbuatan Tuhan yang menjadi bangunan kerajaan Tuhan yaitu Arasy. Dus, dengan demikian yang dimaksudkan dengan Atlantis bukanlah Benua secara harfiah namun manusia dengan pengetahuannya yang mencerap kehidupannya sebagai suatu realitas. Sebagai Atlas, maka Atlantis adalah kumpulan manusia, pengetahuannya, dan peradabannya serta konsekuensi terbaik dan terburuknya yang diungkapkan secara metaforis dengan tenggelamnya Benua Atlantis. Tenggelamnya benua Atlantis sejatinya tenggelamnya manusia karena ditenggelamkan kesombongannya karena ketidakmampuannya mempertahankan keseimbangan tatanan kehidupan sebagai syarat dasar kontinuitas kehidupan itu sendiri yang menjadi ciri Adanya Dia Yang Maha Hidup dan Maha Mematikan.

Gagasan, dialog, dan karakter adalah suatu ciri khas yang muncul dalam tulisan- tulisan Plato untuk menggambarkan suatu realitas yang terpikirkan oleh manusia. Semikian nyatanya dialog tersebut orang pun kemudian sangat dipengaruhi secara sugestif bahwa apa yang diungkapkan Plato mungkin ada benarnya bahwa ada suatu Benua yang saat ini tenggelam ke dasar laut entah dimana, yang disebutnya sebagai Atlantis dimana pengetahuan manusia saat itu sedemikian majunya sampai-sampai kesombongan menyergap penduduk Atlantis dan negara benua Atlantis pun tenggelam ke dalam lautan. Apakah kisah Plato ini suatu realitas sejarah atau sekedar suatu ungkapan metaforis sampai sejauh ini orang masih memperdebatkannya. Bagi yang demikian yakin, kemudian terjadi perburuan benua Atlantis dengan seabrek bukti dan juga seabrek kisah yang menceritakan romantika Benua Atlantis yang misterius itu.

Namun, nampaknya sangat jarang orang menganggap bahwa apa yang diungkapkan Plato sebenarnya suatu metafora tentang manusia dan sistem inderawinya dan pengetahuannya serta esensi dari moralitas manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan itu sendiri atau menurut Socrates sebagai salah satu tokoh dialog Platonik sebagai “rasionale animal” dengan gambaran yang nyata bahwa pengetahuan itu akhirnya malah membawa kepada kehancuran manusia itu sendiri sebagai suatu kaum yang berakal pikiran. Daniel Dobrowski, seorang pengajar sejarah klasik nampaknya memiliki pandangan yang lebih realistik-filosofis tentang Atlantis. Menurutnya, kisah Atlantis hanya sekedar piranti literatur yang diperkenalkan Plato yang diuraikan untuk memperjelas gagasan Plato tentang negara Ideal (yaitu uraian metaforis dari buku Republic) yang didicptakan dari sudut pandang pikiran Plato. Satu-satunya tempat dimana Atlantis dapat ditemukan adalah di imajinasi akal pikiran Plato yang sangat hidup dan mengilhami. Boleh jadi memang demikianlah adanya, kisah Atlantis yang diuraikan Plato sejatinya adalah suatu pesan tersembunyi berbentuk kisah terselubung yang menjelaskan tentang pergolakan manusia dan lingkunganya dengan berbagai tingkah laku, sistem sosial dan kemajuan peradabannya.

Pada saat Plato menuliskan kisah Atlantis dalam buku Critias dan Tiameuos, wilayah Yunani merupakan pusat perkembangan peradaban manusia yang rasional yang telah dimulai di era filsafat alam Thales sekitar tahun 600 SM. Sebelum masa hidup Plato sekitar tahun 427-348 SM, terjadi beberapa peristiwa besar dalam sejarah klasik Yunani misalnya gempa bumi di wilayah Sparta pada tahun 469-464 SM telah terjadi ketika negara Sparta dan Athena berada dalam suatu perimbangan kekuatan. Ketika gempa terjadi, sekitar 20.000 penduduk Sparta terbunuh yang menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan politik di negara Sparta dan tetanggganya. Meskipun demikian, Sparta menolak tawaran bantuan Athena yang menyebabkan terjadinya peningkatan ketegangan politis. Ketegangan ini berpuncak pada tahun 431 SM dengan dimulainya Perang Poloponesia, suatu peperangan selama 25 tahun yang sangat berdarah antara Sparta dan Sekutunya dan Athena dengan sekutunya, peristiwa yang mengilhami kisah-kisah heroik penduduk Sparta ketika menghadapi serbuan Athena dan dikenal sebagai Perang Gempa Bumi.
Setelah terjadinya Perang Poloponesia dan serangan epidemis ketiga yang hebat menimpa Athena, pada tahun 426 SM terjadi gempa bumi yang hebat di wilayah tersebut. Menurut sumber-sumber kuno, disebutkannya bahwa berbagai jenis bangunan runtuh dan ambruk dikarenakan adanya gelombang tsunami dengan jumlah korban ribuan orang. Peristiwa tersebut terkonsentrasi di wilayah Athena Utara, dekat wilayah Lamia saat ini. Tentara Sparta saat itu berada 100 km di sebelah barat Athena disekitar Isthmus Of Corinth dan bersiap untuk menyerbu Athena. Namun, dengan adanya gempa bumi tersebut serangan Sparta menjadi buyar dan akhirnya kembali ke negaranya.

Gempa Bumi dan Tsunami merupakan suatu tragedi dahsyat dimasa itu bahkan sampai hari ini seperti kita ketahui pada tanggal 26-12-2004 yang lalu yang menimpa Serambi Mekah Aceh. Dengan jumlah korban yang mencapai hampir 350 ribu di berbagai wilayah Aceh dan negara-negara sekitarnya, maka tidak mengherankan bahwa peristiwa gempa bawah laut yang diikuti oleh Tsunami disebut oleh para ahli gempa sebagai “Pembunuh Yang Tidak Pernah Gagal”. Ketika gempa melanda wilayah pantai utara Athena, kerusakan yang terjadi digambarkan oleh beberapa ahli sejarah di kemudian hari sebagai suatu gempa yang hebat. Dalam peristiwa tersebut pulau Atalante yang menjadi benteng pertahanan dan pelabuhan laut Athena hancur. Ahli sejarah dikemudian hari seperti Diodorus Siculus (abad ke-1 SM) dan Starbo (abad ke-1 Masehi) melaporkan bahwa Pulau Atalante terbentuk sebagai konsekuensi dari gempa bawah laut yang menimbulkan gelombang Tsunami. Peperangan, gempa bumi dan akhirnya epidemi penyakit pada akhirnya melumpuhkan Athena dan kawasan sekitarnya. Menurut catatan sejarah, Perang Poloponesia secara resmi diakhiri pada tahun 404 SM, meskipun demikian bentrokan kecil masih sering terjadi sampai ditandatanginya nota perdamaian pada tahun 387 SM. Beberapa tahun kemudian, 373 SM di kawasan yang sama terjadi kembali gempa bumi dahsyat yag diikuti dengan tsunami yang merusak wilayah Helike dan Bura, 2 buah kota yang berada di sekitar sebelah utara teluk Corinth, sekitar 150 km dari Athena.

Jadi, dalam kisah Atlantis sebenarnya Plato sedang menggambarkan suatu jiwa manusia yang sifatnya umum yang ada dalam setiap manusia ketika kekuasaan tertinggi mulai dimilikinya, membawa kesenangan, sampai akhirnya membuat manusia lupa diri tentang asal dan usul penciptaannya. Dalam hal ini, Plato sebagai seorang yang bijak sadar benar bagaimana cara untuk mengungkapkan gagasan arketipalnya, gagasan mendasarnya, tentang misi manusia di Planet Bumi yang kemudian diungkapkan dalam bentuk dialog dan kisah didalamnya sebagai meta-imajinasi atau kisah dalam kisah yang kelak menjadi ciri khas bagaimana dalang wayang, sutradara film dan teater mengungkapkan suatu gagasan karena sadar bahwa manusia umumnya lebih menyukai kisah-kisah yang terlihat menjadi sangat mitologik, fantasianik, teaterikal, wayangkulitik, filmologik, dan sinetronik dengan gagasan dasar dunia adalah panggung sandiwara alias Realitas The Matrix. Namun, Plato juga menyadari bahwa kisahnya mesti merupakan suatu pembelajaran yang mendidik supaya manusia menggunakan akal pikiran dan hatinya sehingga ungkapan-ungkapan metaforiknya suatu saat kelak akan dapat mengungkapkannya. Sejarah di sekelilingnya seperti kisah peperangan Sparta dan Yunani, epidemi penyakit, gempa bumi hebat, dan tsunami mengilhaminya untuk melukiskan suatu stereotipe bagaimana manusia berkembang secara komunal dengan membangun negara-negara kota yang satu sama lain akhirnya saling berseteru dan terlibat peperangan, untuk kemudian bencana alam terjadi, dan akhirnya memusnahkan satu kaum dan peradabannya, dengan meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menjadi kisah dan legenda yang didengar oleh generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penulisan kisah Atlatis oleh Plato dalam trilogi Republic-Critias-Timaeus menjadi suatu buku dengan model yang bukan sekedar memiliki bukti yang sahih saja, namun juga dari realitas manusia sebagai makhluk sosial yang berada dalam suatu tatanan kemasyarakan yang kelak diungkapkan Plato sebagai Timaeous dan Republic.
Dalam banyak segi, kisah Atlantis Plato sebenarnya bukan sekedar menunjukkan adanya suatu sejarah pergolakan antara suatu kaum dengan kaum lainnya, maupun reaksi alam kepada manusia, namun berkaitan langsung dengan kondisi piskologis manusianya secara individual yang membangun suatu kelompok dan akhirnya membangun sistem sosial. Republic karena itu merupakan utopia suatu sistem sosial dan tata kenegaraan yang sangat ideal, sebagai sumber pengetahuan dan ilham bagaimana manusia sebagai makhluk sosial kelak akan berkembang dengan segala konsekuensinya dimana skenario paling pahit adalah tenggelam dalam kehancuran karena ulahnya sendiri yang mengabaikan tatanan keseimbangan ideal tanpa cacat atau Golden Ratio, atau aman tentram dan sejahteraan dalam suatu Taman Eden yang Gemah Ripah Loh Jinawi.
Metafora Plato yang diungkit dari gagasan idealnya bukanlah suatu metafora tanpa konsep maupun tanpa fakta. Di zamannya, ia mengamati keadaan diselilingnya tempat di mana ia dilahirkan, Plato mengetahui dari perjalanan hidupnya berkunjung ke wilayah-wilayah sumber peradaban Kuno mulai Mesir, Babyonia, bahkan mungkin sampai India, China dan boleh jadi ia memasuki Wilayah Indonesia dengan tanda Gunung Runcing yang besar di selat Sunda yaitu Krakatau yang angker untuk melihat langsung bentuk-bentuk peradaban yang ada. Dari pengalaman tersebut, kisah dan fakta yang ditemui Plato akan bersinggungan dengan kawasan-kawasan mati, hancur, dan luluh lantak padahal dulunya nampak sangat maju. Di kawasan Yunani sendiri misalnya terdapat sisa- sisa peradaban yang hancur lebur yang tertinggal dalam kenangan manusia menjadi kisah dan legenda-legenda Yunani. Bahkan sampai hari inipun kisah
dan legenda satu peradaban karena dilibas peradaban lainnya masih banyak kita lihat dan kita dengar seperti peradabankaum Amazonian dan Atlantis.

Kitab suci pun tak luput dari kisah-kisah demikian, bahkan kalau saja kita mau jujur apa yang diungkapkan kitab-kitab agama misalnya Soddom dan Gomorah, Nabi Shaleh a.s dengan kaum Tsamud dan ‘Aad, Musa, Fir’aun dan Qorun yang tenggelam, Nabi Nuh dan Perahu Penyelamatnya, semuanya merupakan kisah yang berdasarkan pada bukti dan fakta yang diungkapkan secara metaforis. Sehingga, dalam banyak segi ketika kita mencari kapan dan dimana tepatnya lokasi kejadian peristiwa itu sebenarnya tidak mempunyai relevansi yang kuat dengan kesahihan kitab suci. Karena tujuan pengungkapan suatu kisah historis
di dalam kitab Wahyu apapun juga agamanya untuk menemukan kembali kota tersebut dan mendapatkan harta karunnya, namun sebagai suatu contoh dan bukti yang nyata tentang etik dan moral yang hancur yang mengawali kehancuran suatu kaum, atau suatu kiamat lokal yang didahului dengan kiamat ruhani manusia.

Kekhususan Kitab Suci yang sahih, yang buktinya akan terlihat sebagai bukti abadi, hanya bisa dicocokkan dengan bukti-bukti yang berkaitan dengan komposisi fisiologis dan jiwa manusia, hukum-hukum alam dan Tuhan karena hukum itu menggambarkan suatu sistem kesimbangan tanpa cacat yang dipahami oleh manusia sebagai makhluk berpikir dan berhati yang mampu memaknai dengan citarasa terhalusnya. Jadi, kalau suatu kitab wahyu tidak bisa dikonfrontasikan dengan fenomena alam secara fisikal maupun psikologis yang langsung berkaitan dengan kesadaran manusia maka kitab suci tersebut adalah KITAB PALSU. Jadi, suatu kitab dapat disimpulkan asli atau palsu dari konfrontasinya dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini yang umumnya lebih berpijak pada fakta empiris. Akan tetapi ungkapan Pesan Tuhan yang menjadi Wahyu atau Firman Tuhan memang berbeda karena tuntutan aplikasi dan implementasinya harus menembus tingkat pemahaman banyak orang yang beragam pengetahuannya, maupun beragam karakter dasarnya yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan lokal atau budaya lokal. Apakah orang tersebut terdidik dengan sistematis melalui bangku sekolah, madrasah, pesantren, seminari, perguruan tinggi ataupun autodidak alamiah, karakter dasar akan terlihat. Dan yang mampu menyatukan semua karakter tersebut akan memperoleh pengetahuan tertinggi yang merupakan pengetahuan tingkat elementer sebagai karakteristik dasar untuk mengenali suatu gejala dari indikasi awalnya, misalnya penyusunan dasar-dasar ilmu, teori kuantum, genetika, dan berbagai ilmu pengetahuan yang elementer yang berkaitan dengan manusia Adam dan Pengetahuan Tuhan sebagai Pengetahuan Tauhid atau sebagai Atlantean yang diartikulasikan kembali dalam al-Qur’an dengan jiwa manusia yang lembut sebagai produk al-Sakinah dengan menetapkan Cahaya Pengetahuan Tuhan di dalam Qalbu sebagai al-Mu’minun (QS 48:4).

Suatu firman Tuhan harus dapat diartikulasikan di setiap tingkap pemahaman mulai dari yang lahiriah sampai yang halus. Kalau ada sekelompok orang yang menafsirkan kitab suci dengan satu cara saja, maka kelompok orang tersebut justru telah merendahkan nilai Kitab Sucinya karena secara tidak langsung telah dihinggapi GHURUR dan KESOMBONGAN IBLIS karena Tuhan telah dianggap oleh mereka memiliki kemampuan terbatas. Kalau saja orang percaya dengan akal pikiran dan hati yang jernih, maka orang pun mestinya harus yakin bahwa Kitab Wahyu menjadi suci karena banyak hal yang dimungkinkan oleh ungkapan yang tersirat didalamya untuk dipahami oleh berbagai macam orang, baik yang pintar maupun bodoh, yang cacat maupun yang sempurna, yang bisa berbahasa asli kitab dituliskan maupun dari terjemahannya. Namun, yang lebih penting dari semua itu adalah realisasi dari nilai-nilai yang terkandung didalam Kitab Suci tersebut menjadi akhlak dan perilaku penganutnya masing- masing yang mencitrakan kesucian dan kemuliaan penulis aslinya yaitu ALLAH YANG MAHA ESA, AL-RAHMAAN yang mengajarkan al-Qur’an dan menciptakan manusia serta dapat membuatnya berbicara (QS 55:1-4). Kalau seseorang atau suatu kaum tindakannya tidak selaras dengan kandungan isi kitab tersebut, maka kaum atau orang tersebut tak lebih dari kaum FASIK atau perusak agama. Jadi, hati-hatilah ketika kita menilai suatu kesucian kitab karena secara langsung akan bersinggungan dengan kemulian dari Yang MENYATAKAN KITAB TERSEBUT SEBAGI FIRMAN TUHAN YAITU TUHAN YANG MAHA ESA YANG DIYAKINI SEBAGAI SUMBER SEMUA PENGETAHUAN.

BERSAMBUNG...............

Saturday, November 21, 2009

PERINGKAT-PERINGKAT KEJADIAN MANUSIA

PERINGKAT KEJADIAN MANUSIA (A)
Allah s.w.t. mengutuskan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai seorang rasul untuk seluruh alam. Allah s.w.t berfirman di dalam Al-Qur’an yang bermaksud:

“Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. [Surah Al-Anbiyaa’, 21: ayat 107]

Justeru, Nabi Muhammad s.a.w diutuskan bukan hanya kepada orang-orang Arab badwi di zamannya, tetapi juga untuk para saintis hari ini yang sedang mengkaji di dalam makmal masing-masing. Baginda s.a.w. ialah rasul untuk semua manusia dari zamannya hingga hari kiamat. Sebelum itu, seorang rasul hanya diutuskan khas untuk kaumnya sahaja sebagaimana yang dinyatakan Allah s.w.t. yang bermaksud:

“Dan berkatalah orang-orang kafir: “Mengapa tidak diturunkan kepada (Muhammad) sesuatu mukjizat dari Tuhannya?” Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) hanyalah seorang Rasul pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar), dan tiap-tiap umat (yang telah lalu) ada Nabinya yang memimpin ke jalan yang benar”. [Al-Qur’an, Surah Ar-Rad, 13: Ayat 7]

Dakwah Nabi Muhammad s.a.w. adalah untuk semua manusia. Oleh itu Allah s.w.t. telah membekalkan tanda-tanda dan bukti-bukti yang berupaya mengesahkan kebenaran baginda s.a.w.. Bukti-bukti baginda s.a.w. tidak sama dengan bukti-bukti nabi-nabi yang lalu yang hanya dapat dilihat oleh umat semasa itu sahaja dan mungkin oleh umat betul-betul selepas itu. Kemudian Allah s.w.t. akan menghantar seorang rasul yang lain berbekalkan mukjizat-mukjizat baru untuk menjernihkan dan menghidupkan semula keimanan manusia. Oleh kerana Nabi Muhammad s.a.w. diutuskan untuk seluruh manusia hingga hari kiamat, Allah s.w.t. memberikanya mukjizat yang boleh disaksikan buat selama-lamanya sebagai tanda-tanda yang dapat mengesahkan kebenaran risalah baginda s.a.w..

Jika kita meminta seorang Yahudi atau Kristian menunjukkan mukjizat Nabi Musa a.s. atau Nabi Isa a.s. mereka akan memberitahu kita tidak mungkin dapat ditunjukkan semula mukjizat-mukjizat nabi-nabi itu. Contohnya tongkat Nabi Musa a.s. tidak mungkin dapat diadakan semula. Begitu juga keupayaan Nabi Isa a.s. menyuruh orang mati bangkit semula. Itu juga tidak mungkin dapat ditunjukkan sekali lagi. Bagi kita hari ini, mukijizat-mukjizat itu tinggal di dalam lipatan sejarah. Sebaliknya jika seorang Islam ditanya tentang mukjizat terhebat Nabi Muhammad s.a.w., dia boleh, menunjukkan Al-Qur’an. Ini ialah kerana Al-Qur’an merupakan mukjizat yang berada dalam tangan kita. Ianya satu buku yang boleh dikaji oleh sesiapa sahaja yang sudi membukanya.

Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:

“Bertanyalah (wahai Muhammad): “Apakah sesuatu yang lebih besar persaksiannya?” (Bagi menjawabnya) katakanlah: “Allah menjadi Saksi antaraku dengan kamu, dan diwahikan kepadaku Al-Qur’an ini, supaya aku memberi amaran dengannya kepada kamu dan juga (kepada) sesiapa yang telah sampai kepadanya seruan Al-Qur’an itu. Adakah kamu sungguh-sungguh mengakui bahawa ada beberapa tuhan yang lain selain Allah?” Katakanlah lagi: “Hanyasanya Dialah sahaja Tuhan Yang Maha Esa, dan sesungguhnya aku adalah terlepas diri dari apa yang kamu sekutukan (dengan Allah ‘Azza wa jalla)”. [Surah Al-An’aam, 6: Ayat 19]

Ciri kemukjizatan Al-Qur’an ada di dalam ilmu yang dibawanya. Allah s.w.t. berfirman:

“(Orang-orang kafir itu tidak mahu mengakui apa yang telah diturunkan Allah kepadamu wahai Muhammad), tetapi Allah sentiasa menjadi saksi akan kebenaran Al-Qur’an yang telah diturunkanNya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmuNya, dan malaikat juga turut menjadi saksi. Dan cukuplah Allah menjadi saksi (akan kebenaran Al-Qur’an ini).” [Al-Qur’an Surah An-Nisaa’, 4: Ayat 166].

Berhubung dengan itu, para ahli sains dan para pakar ilmu- professor dari banyak universiti-universiti- telah berkesempatan mengkaji ilmu-ilmu yang dibentangkan Al-Qur’an itu. Dewasa ini, para ahli sains telah cemerlang dalam kajian mengenai angkasaraya, walaupun Al-Qur’an telah pun membincangkan persoalan angkasaraya dan manusia sejak dahulu lagi. Jadi, apakah hasilnya?

Kami perkenalkan Profesor Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis terkenal di bidang kajian tubuh manusia (‘anatomy’) dan kajian embrio (‘embryology’). Kami meminta Profesor Moore membentangkan analisa saintifiknya mengenai beberapa ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis-hadis terutama yang berkaitan dengan bidang kepakaran beliau.

Profesor Moore ialah penulis buku bertajuk “The Developing Human” (Makna: “Manusia Yang Sentiasa Berkembang”). Beliau ialah seorang Profesor Emeritus di bidang kajian tubuh manusia dan biologi sel (‘Anatomy and Cell Biology’) di Univeristy of Toronto, Kanada. Disitu, dia juga pernah berkhidmat sebagai Dekan Madya di Jabatan Sains Asas, Fakulti Perubatan dan pernah menjadi Pengerusi di Jabatan Kajian Tubuh-manusia untuk 8 tahun. Selain itu, beliau juga pernah berkhidmat di University of Winnipeg, Kanada selama 11 tahun. Beliau pernah mengetuai banyak persatuan-persatuan pakar-pakar kajian tubuh-manusia antarabangsa, terpilih untuk menganggotai Persatuan Perubatan Diraja Kanada, Akademi Antarabangsa Cytology, Persekutuan Pakar Tubuh-manusia Amerika, dan Persekutuan Pakar Tubuh-manusia Amerika Utara dan Selatan. Pada tahun 1984, Profesor Moore telah menerima pingat paling dihormati di bidang kajian tubuh-manusia di Kanada, iaitu pingat ‘J.C.B Grant Award’ daripada Persatuan Pakar Tubuh-manusia Kanada.

Beliau telah menulis banyak buku-buku berkenaan kajian tubuh-manusia klinikal dan kajian embrio. Lapan daripadanya diguna-pakai di sekolah-sekolah perubatan dan telah diterjemahkan kepada enam bahasa.

Apabila diminta memberikan analisa mengenai ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis, Profesor Moore merasa takjub. Beliau tidak mengerti bagaimana Nabi Muhammad s.a.w. yang hidup 14 abad yang lalu, berupaya menerangkan mengenai embrio dan perkembangannya dengan terperinci dan tepat sekali tentang fakta-fakta yang diketahui ahli-ahli sains hanya sejak 30 tahun yang lalu. Perasaan takjubnya bertukar kepada hormat kepada ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis itu. Beliau memperkenalkan pula perkara itu kepada para ahli ilmu dan ahli sains lain. Malahan beliau telah memberikan satu ceramah khusus mengenai keserasian di antara kajian embrio moden dan Al-Qur’an dan Hadis dimana beliau berkata:

Saya merasa amat sukacita kerana diberi peluang membantu menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an berkenaan pembentukan manusia. Bagi saya ianya suatu yang amat nyata bahawa ayat-ayat ini telah diwahyukan kepada Muhammad (sallallahu'alaihiwassalam-pent) oleh Allah, atau Tuhan, kerana kebanyakan dari fakta-fakta ini tidak ditemui melainkan selepas beberapa kurun selepas itu (selepas riwayat hidup Rasulullah s.a.w.-pen). Ini membuktikan kepada saya bahawa Muhammad ialah seorang Rasul Allah.

Tengoklah apa pakar kajian embrio terkenal itu telah katakan selepas mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan bidang kepakarannya, dan tengoklah kesimpulan beliau bahawa Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang Rasul utusan Allah s.w.t..

Allah berfirman yang bermaksud:

“Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari pati (yang berasal) dari tanah; Kemudian Kami jadikan “pati” itu (setitis) air benih pada tempat penetapan yang kukuh; Kemudian Kami ciptakan air benih itu menjadi sebuku darah beku; lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging; kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi beberapa tulang; kemudian Kami balut tulang-tulang itu dengan daging. Setelah sempurna kejadian itu, Kami bentuk dia menjadi makhluk yang lain sifat keadaannya. Maka nyatalah kelebihan dan ketinggian Allah sebaik-baik Pencipta”. [Surah Al-Mu’minun, 23: Ayat 12-14]

Perkataan Arab ‘alaqah’ mempunyai tiga makna. Yang pertama ialah ‘lintah’. Yang kedua ialah ‘sesuatu yang tergantung’. Yang ketiga ialah ‘seketul darah beku’.

Bila membandingkan di antara lintah (air-tawar) dengan embrio ketika peringkat ‘alagah’, Professor Moore mendapati satu persamaan yang tepat diantara kedua-duanya. Beliau membuat kesimpulan bahawa embrio di peringkat ‘alaqah’ berbentuk sama dengan bentuk lintah. Profesor Moore meletakkan gambar embrio berdekatan dengan gambar lintah (Lihat gambarajah 2.1). Beliau membentangkan gambar-gambar ini kepada ahli-ahli sains apabila di dalam pertemuan-pertemuan.Makna kedua perkataan ‘alaqah’ ialah ‘sesuatu yang tergantung’, dan inilah yang boleh kita saksikan iaitu embrio memang tergantung di rahim ibunya (‘uterus or womb’) ketika peringkat ‘alaqah’. Makna ketiga perkataan ‘alaqah’ ialah ‘seketul daging yang beku’. Profesor Moore menerangkan ketika peringkat ‘alaqah’, embrio melalui beberapa kejadian. Contohnya pembentukan darah di dalam satu tempat tertutup (‘closd vessel’) sehinggalah pusingan metabolik telah sempurna melalui ‘placenta’. Ketika peringkat ‘alaqah’, darah terpencil di dalam satu tempat yang tertutup. Justeru, embrio berbentuk seperti seketul darah beku disamping seperti lintah. Kedua-dua bentuk itu dinyatakan oleh satu perkataan Al-Qur’an berbunyi ‘alaqah’.

Bagaimana Nabi Muhammad s.a.w. berupaya mengetahui kesemua itu? Profesor Moore juga mengkaji embrio ketika peringkat ‘mudghah’ (sesuatu yang dimamah/dikunyah). Beliau megambil secebis ‘clay’ dan memamahnya. Kemudian beliau membandingkannya dengan gambar embrio ketika peringkat ‘mudghah’. Profesor Keith Moore berkesimpulan bahawa embrio di peringkat ‘mudghah’ berbentuk seperti sesuatu yang dimamah (Lihat gambarajah 2.2). Beberapa penerbitan Kanada telah menyiarkan kenyataan Profesor Moore. Selain itu, beliau juga mempersembahkan tiga program televisyen dimana beliau membicarakan keserasian di antara sains moden dan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diturunkan 1400 tahun dahulu.

Kemudiannya beliau ditanya satu soalan: “Adakah ini bermakna anda percaya Al-Qur’an ialah wahyu Allah?”.

Beliau menjawab: “Tidak sukar untuk saya mempercayainya”.
Beliau juga ditanya: “Bagaimana anda boleh mempercayai kerasulan Muhammad sedangkan pada masa yang sama anda mepercayai Isa?”.
Beliau menjawab: “Saya yakin mereka berdua datang dari sumber yang sama”.Justeru ahli sains moden seluruh dunia hari ini boleh mengetahui bahawa Al-Qur’an ialah wahyu Allah s.w.t. Itulah yang Allah s.w.t. firmankan di dalam Al-Qur’an [Surah 4: 166] yang bermaksud;

“....Allah sentiasa menjadi saksi akan kebenaran Al-Qur’an yang telah diturunkanNya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmuNya....” [Al-Qur’an Surah An-Nisaa’, 4: Ayat 166]. Terjemahan penuh- sila lihat di atas.

Oleh itu, tidak sukar untuk ahli-ahli sains moden menerima hakikat bahawa Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang rasul Allah sallallahu'alaihiwasallam.

PERINGKAT- PERINGKAT KEJADIAN MANUSIA (B)
Buku “The Developing Human” (Makna: “Manusia Yang Berkembang”-pent.) ditulis oleh Profesor Keith Moore telah diterjemahkan ke lapan bahasa. Buku ini dianggap sebagai satu rujukan saintifik dan dipilih oleh satu jawatankuasa khas di Amerika Utara sebagai buku terbaik yang ditulis seorang penulis. Kami bertemu dengan penulisnya dan membentangkan kepadanya beberapa ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan bidang kepakarannya dalam kajian embrio.

Profesor Moore yakin dengan bukti-bukti yang kami tunjukkan. Justeru, kami bertanya soalan berikut: “Tuan menyatakan di dalam buku tuan bahawa ketika Zaman Pertengahan (‘Middle Ages’) tiada perkembangan di dalam pengkajian sains embrio dan hanya sedikit ilmu tentangnya ujud ketika itu. Pada masa itulah Al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan baginda s.a.w. memimpin manusia berdasarkan apa yang Allah s.w.t wahyukan kepadanya. Terdapat di dalam Al-Qur’an penerangan terperinci mengenai penciptaan manusia dan peringkat-peringkat perkembangan manusia. Tuan seorang ahli sains yang terkenal di seluruh dunia. Jadi mengapa tuan tidak berlaku adil dan menyatakan kebenaran ini di dalam buku tuan?

Beliau menjawab: Anda ada buktinya dan saya tiada. Jadi, mengapa anda tidak membentangkan bukti-bukti itu kepada kami? Kami bentangkan kepadanya fakta-fakta (dari Al-Qur’an dan Hadis) itu dan Profesor Moore terbukti sebagai seorang ahli ilmu yang hebat. Di dalam edisi ketiga bukunya, beliau membuat beberapa perubahan. Buku ini telah diterjemahkan ke lapan bahasa, termasuklah Bahasa Rusia, Cina, Jepun, Jerman, Itali, Pertugis, dan Yoguslavia. Buku ini telah diedarkan keseluruh dunia dan dibaca oleh kebanyakan ahli-ahli sains terkemuka dunia.

Profesor Moore menulis di dalam bukunya mengenai Zaman Pertengahan: Perkembangan sains amat perlahan ketika Zaman Pertengahan, dan ada beberapa kajian penting mengenai embrio dibuat di zaman itu yang kita ketahui. Ada disebut di dalam Al-Qur’an, kitab suci orang Islam, bahawa manusia terbentuk hasil dari percantuman antara air benih lelaki dan wanita. Beberapa ayat memperkatakan tentang penciptaan manusia dari setitik air mani, dan ada juga ayat yang menyatakan bahawa ‘makhluk‘ yang terhasil dari percantuman itu akan hidup seperti ‘benih’ di dalam tubuh wanita enam hari selepas ianya terjadi. (‘Blastocyst’ manusia mula hidup selepas 6 hari percantuman antara benih lelaki dan telur wanita.
Al-Qur’an juga menyebut bahawa air mani bertukar menjadi seketul darah beku. (‘Blastocyst’ yang hidup atau yang keguguran berbentuk seperti darah beku). Selain dari itu, menurut Al-Qur’an embrio juga dinyatakan berbentuk seperti lintah.

Embrio sememangnya berbentuk seperti seekor lintah. Embrio juga disamakan bentuknya dengan sesuatu yang dimamah- seperti ‘gum’ atau kayu. (‘Somites’ memang nampak seolah-olah sesuatu yang ada kesan gigi akibat dimamah.Embrio yang sedang membesar disifatkan sebagai manusia ketika berumur 40 hingga 42 hari. Ketika itu embrio manusia tidak lagi berbentuk seperti embrio binatang. (Lihat gambarajah 3.2) (Embrio manusia mula mempunyai ciri-ciri kemanusiaan pada peringkat ini). Al-Qur’an juga menyatakan bahawa embrio membesar di dalam tiga keadaan atau dinding yang gelap. Ini mungkin merujuk kepada (1) dinding perut ibu (2) dinding ‘uterine’, dan (3) ‘amniochorionic membrane’ (Lihat gambarajah 3.3). Ruangan yang terhad tidak membenarkan perbincangan lanjut mengenai banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang memperkatakan tentang perkembangan bayi di dalam kandungan.Itulah kenyataan Dr. Moore di dalam bukunya yang telahpun didearkan ke seluruh dunia, segala puji-pujian hanya untuk Allah s.w.t.. Penemuan sains telah menyebabkan Profesor Moore merasa bertanggungjawab untuk menulis perkara-perkara tersebut di dalam bukunya. Beliau kemudiannya berkesimpulan bahawa pengkelasan moden mengenai peringkat-peringkat perkembangan embrio, yang dipakai di seluruh dunia, susah untuk digunakan dan tidak lengkap. Ia tidak menyumbang kearah usaha memahami peringkat-peringkat perkembangan embrio kerana ianya dikelaskan berdasarkan nombor, iaitu peringkat 1, 2, 3, dan seterusnya.

Pengkelasan yang Al-Qur’an nyatakan pula tidak bergantung kepada system nombor. Sebaliknya ianya berdasarkan kepada keadaan embrio yang senang dicamkan atau bentuk embrio ketika itu.

Al-Qur’an mengenalpasti peringkat-peringkat perkembangan kandungan seperti berikut:

Nutfah yang bermakna “satu titisan” atau “sedikit jumlah air”;
‘alaqah yang bermaksud “satu makhluk yang berbentuk seperti lintah”;
mudghah yang bermakna “sesuatu yang kelihatan seperti dimamah”;
‘idhaam yang bermakna “tulang” atau “skeleton”;
kisaa ul idham bil-laham yang bermakna pembungkusan tulang dengan daging atau otot, dan
al-nash’a yang bermakna “pembentukan janin yang boleh dicamkan”.

Profesor Mooree menyedari bahawa pengkelasan oleh Al-Qur’an ini berdasarkan kepada peringkat-peringkat kandungan bayi yang berbeza. Beliau mengakui bahawa cara pengkelasan ini memberikan satu pengenalan saintifik yang canggih dan ianya lengkap dan senang digunakan.

Di dalam satu persidangan yang dihadirinya, Profesor Moore berkata begini: Embrio berkembang di dalam rahim ibu atau ‘uterus’ dengan dilindungi oleh tiga lapisan pelindung seperti yang ditunjukkan di dalam ‘slide’ yang berikutnya [‘Slide’ tidak ditunjukkan-pent] (A) ialah dinding perut ‘anterior (B) dinding ‘uterine’ dan (C) ‘amniochorionic membrane (Lihat gambarajah 3.5) Perubahan proses yang berterusan menyebabkan pemeringkatan embrio manusia amat kompleks, Justeru, dicadangkan satu sistem pengkelasan yang baru diperkenalkan dengan menggunakan perkataan-perkataan yang digunakan di dalam Al-Qur’an dan Hadis. Sistem yang dicadangkan ini amat mudah, menyeluruh, dan menepati fakta-fakta terkini mengenai kajian embrio.
Kajian mendalam mengenai Al-Qur’an dan Hadis sejak empat tahun yang lalu telah memberitahu kita tentang satu sistem untuk mengkelaskan embrio manusia yang amat menakjubkan disebabkan ianya di’catat’kan pada abad ke-7 Masehi. Walaupun Aristotle, pengasas kajian sains embrio, menyedari tentang embrio ayam yang berkembang berperingkat-peringkat melalui kajiannya terhadap telur ayam pada abad ke-4 Sebelum-Masehi, dia tidak mencatatkan dengan terperinci mengenai peringkat-peringkat perkembangan itu. Justeru, tidak munasabah untuk dikatakan huraian Al-Qur’an mengenai embrio manusia berdasarkan kajian sains ketika abad ke-7 itu. Apa yang munasabah hanyalah hakikat bahawa penerangan itu diwahyukan sendiri oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Muhammad s.a.w.. Baginda tidak mungkin tahu mengenai fakta-fakta itu kerana baginda seorang yang tidak tahu membaca dan tidak pernah mengikuti sebarang kursus berkaitan sains.

Kami memberitahu Dr. Moore, ‘Apa yang tuan kata itu benar, tetapi ia masih pincang berbanding banyak lagi ayat-ayat berkaitan kajian embrio dari Al-Qur’an dan Hadis yang telah kami bentangkan kepada tuan itu. Jadi, mengapa tuan tidak berlaku adil dan bentangkan keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang membincangkan bidang kepakaran tuan itu?”.

Profesor Moore menegaskan beliau telah pun memasukkan rujukan yang sesuai di dalam buku saintifik yang khusus. Walaubagaimanapun, beliau mengajak kami menambah di dalam bukunya mana-mana ayat Al-Qur’an dan Hadis yang berkenaan, dan menerangkan tentang aspek keajaipan ayat-ayat itu. Kami lakukan yang demikian dan kemudiannya Profesor Moore menulis mukadimah kepada tambahan bercorak Islamik ini dan hasilnya seperti yang anda saksikan sekarang.
BERSAMBUNG..........GAMBAR AKAN DILENGKAPI KEMUDIAN..........

FAKTA DARI KAJIAN ANGKASA (ASTRONOMI)

Allah subhanahuwata’ala menerangkan kepada kita hambanya bahawa kitab sucinya Al-Qur’an diturunkan sebagai peringatan kepada seluruh alam.

Allah subhanahuwata’ala berfirman (maksud):

“Al-Qur’an tidak lain hanyalah peringatan bagi penduduk seluruh alam. Dan demi sesungguhnya, kamu akan mengetahui kebenaran perkara-perkara yang diterangkannya, tidak lama lagi.” [Surah Saad, 38: ayat 87-88].

Justeru, Al-Qur’an ialah satu peringatan kepada semua manusia sehinggalah ke Hari Kiamat. Ia mengandungi maklumat yang manusia akan kaji dan temui bila sampai masanya. Al-Qur’an diturunkan daripada ilmu Allah subhanahuwata’ala sendiri dan setiap ayat-ayatnya diturunkan dengan pengetahuan Allah subhanahuwata’ala, sebagaimana yang Allah subhanahuwata’ala firmankan (maksud):

“...Tetapi Allah sentiasa menjadi saksi akan kebenaran Al-Qur’an yang telah diturunkanNya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmuNya...” [Surah An-Nisaa’, 4: ayat 166]

Setiap ayat mengandungi ilmu yang benar. Manakala manusia pula sentiasa maju dalam bidang ilmu. Apabila berjaya meningkatkan ilmu sains ke tahap yang lebih tinggi, manusia berupaya pula memecahkan rahsia ilmu yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an itu. Justeru setelah mengetahui ayat ini diturunkan Allah, dengan peningkatan tahap kemajuan, manusia akan berupaya menemui jawapan yang membolehkan mereka memahami ayat lain, dan ayat seterusnya. Dengan cara ini manusia berterusan dapat memahami lebih banyak ayat-ayat lagi. Inilah kehebatan Al-Qur’an.

Profesor Armstrong berkerja di NASA, atau 'The National Aeronautics and Space Administration' (Badan Kebangsaan Mengenai Kajiangkasa dan Angkasa). Beliau seorang saintis yang terkenal di situ. Kami bertemu beliau dan bertanya beberapa soalan mengenai ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan kaji-angkasa. Kami bertanya beliau mengenai besi dan bagaimana ia dibentuk. Beliau menerangkan bagaimana semua bahan-bahan di bumi dibentuk. Menurut beliau, ahli-ahli sains baharu sahaja menemui fakta-fakta mengenai proses pembentukan itu. Katanya seluruh tenaga dalam sistem matahari masih tidak mencukupi untuk membentuk satu atom besi.
Untuk membentuk satu atom besi, tenaga bersamaan 4 kali keseluruhan tenaga daripada sistem matahari diperlukan. Dengan kata lain, seluruh tenaga-tenaga daripada bumi, bulan, atau planet Marikh atau planet-planet lain masih belum cukup untuk membentuk satu atom besi yang baru. Malahan gabungan keseluruhan tenaga dalam sistem matahari juga tidak mencukupi untuk tujuan itu. Justeru, Profesor Amrstrong berkata ahli-ahli sains percaya bahawa besi ialah bahan dari langit yang dihantar ke bumi dan bukannya berasal dari bumi. Kita baca di dalam Al-Qur’an ayat yang bermaksud:

“Dan kami telah menurunkan besi dengan keadaannya mengandungi kekuatan yang handal serta berbagai faedah lagi bagi manusia” [Surah Al-Hadid, 57: Ayat 25]

Nota: Perkataan ‘wa an-zalnal hadid’ di tafsirkan sebagai "Dan kami turunkan besi" di dalam terjemahan berbahasa Inggeris Yusuf Ali. Manakala Tafsir ar-Rahman menterjemahkannya sebagai ‘Dan Kami telah menciptakan besi’ - pent.

Kemudian kami bertanya beliau samada angkasa mempunyai sebarang rekahan atau keretakan di dalamnya. Beliau menafikannya dan menjawab apa yang kami bincangkan dinyatakan dalam satu cabang kaji-angkasa dipanggil 'Intergrated Cosmos' (Angkasaraya Yang Berangkai) yang hanya ditemui ahli sains beberapa tahun kebelakangan ini sahaja. Contohnya, jika suatu badan di angkasa lepas bergerak dalam satu arah dan kemudian bergerak dalam jarak yang sama dari arah yang lain, anda akan temui bahawa beratnya sama dalam semua arah. Disebabkan badan mempunyai keseimbangan tersendiri, tekanan dari sebarang arah adalah sama. Tanpa keseimbangan ini, angkasaraya akan runtuh dan berkecai. Saya ingat satu firman Allah subhanahuwata’ala bermaksud:

“(Kalaulah mereka menyangka Kami tidak berkuasa mengembalikan mereka hidup semula) maka tidakkah mereka memandang ke langit yang ada di sebelah atas mereka (dengan tidak bertiang) bagaimana Kami membinanya (dengan rapi) serta Kami memperhiasinya (dengan bintang-bintang), dan dengan keadaan tidak ada padanya retak-renggang?” [Surah Qaaf, 50: ayat 6].

Kemudian kami berbincang dengan Profesor Armstrong mengenai percubaan ahli-ahli sains untuk sampai ke tepi atau penghujung angkasaraya, dan kami bertanya beliau jika mereka telah berjaya melakukannya. Beliau menjawab mereka berada dalam keadaan yang amat sukar untuk sampai ke penghujung angkasaraya. Kami membina peralatan yang lebih berkuasa untuk memerhatikan angkasaraya hanya untuk menjumpai bahawa bintang-bintang baru yang kami temui masih berada di dalam galaksi sendiri dan kami belum lagi sampai ke penghujung angkasaraya. Beliau menyedari keujudan ayat Al-Qur’an bermaksud:

“Dan demi sesungguhnya! Kami telah menghiasi langit yang dekat (pada penglihatan penduduk bumi) dengan bintang-bintang, dan kami jadikan bintang-bintang itu punca rejaman terhadap syaitan-syaitan; dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menjulang-julang” [Surah Al-Mulk, 67: ayat 5]

Memang benar, semua bintang-bintang itu adalah perhiasan di langit terendah. Beliau berkata bahawa ahli-ahil sains belum sampai ke penghujung angkasaraya. Profesor Armstrong menambah, oleh kerana inilah mereka memikirkan untuk meletakkan lebih banyak teleskop di luar angkasa (outer space) supaya pemerhatian mereka tidak diganggu oleh 'habuk' dan bahan-bahan atmosfera yang lain. Teleskop biasa yang berasaskan cahaya tidak berupaya melihat terlalu jauh, jadi kami gantikan dengan teleskop berasaskan radio yang membolehkan kami melihat lebih jauh. Walaubagaimanapun, kami masih tidak berjaya melepasi sempadan angkasaraya. Kami bentangkan kepadanya satu ayat bermaksud:

“….(jika engkau ragu-ragu) maka ulangilah pandangan (mu)- dapatkah engkau melihat kecacatan? Kemudian ulangilah pandangan (mu) berkali-kali, nescaya pandangan (mu) itu akan berbalik kepadamu dengan hampa (daripada melihat sebarang kecacatan), sedang ia pula kerkeadaan lemah lesu (kerana habis tenaga dengan sia-sia).” [Surah Al-Mulk, 67: ayat 3-4].

Setiap kali Profesor Armstrong memberitahu kami apa-apa fakta sains, kami bentangkan kepadanya ayat-ayat berkaitan yang beliau akui. Kemudian kami katakan padanya:

"Tuan telah melihat dan menemui sendiri penemuan kaji-angkasa moden dengan menggunakan peralatan moden, roket-roket, dan kapal angkasa yang dibina manusia. Tuan juga melihat bagaimana fakta yang sama telah pun dinyatakan oleh Al-Qur’an 14 kurun yang lalu. Justeru, apa pendapat tuan mengenai perkara ini?"

Jawab beliau: "Itu satu soalan yang amat rumit yang saya telah mula fikirkan sejak kita mula berbincang disini. Saya merasa takjub bagaimana tulisan lama (ayat-ayat Al-Qur’an) ini serasi dengan penemuan kaji-angkasa terkini dan moden. Saya bukanlah seorang cendikiawan yang cukup ilmu mengenai sejarah kemanusian untuk memberi pendapat lengkap mengenai suatu keadaan yang telah ujud sejak 1400 tahun dahulu.

Semestinya, saya berpendirian apa yang kita saksikan suatu yang menakjubkan, ia mungkin membuktikan atau mungkin tidak membuktikan penemuan sains. Mungkin ada suatu yang mengatasi apa yang kita faham sebagai pengalaman manusia biasa berkaitan tulisan (ayat-ayat Al-Qur’an) yang kita lihat ini. Tidak menjadi niat saya atau tidak menjadi tanggungjawab saya pada saat ini untuk memberikan jawapan kepada soalan itu. Saya telah memberikan banyak ulasan tanpa menyatakan secara khusus apa yang anda mahu saya katakan, tapi saya rasa menjadi tugas saya sebagai ahli sains untuk bersikap berkecuali dalam soalan tertentu dan saya fikir inilah sebabnya saya lebih baik berhenti daripada memberikan jawapan lengkap seperti yang anda mahukan.

Benar, amat sukar untuk membayangkan ilmu yang diturunkan dalam Kitabullah 1400 tahun dahulu boleh diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. daripada suatu sumber manusia. Semestinya ada sumber lain dari mana ahli-ahli sains menimba ilmu mereka, kerana hanya Allah subhanahuwata’ala maha mengetahui rahsia mengenai langit dan bumi. Sebagaimana yang kita lihat dan dengar daripada beberapa perjumpaan dengan ahli-ahli sains, kita sedang berada di ambang era baru.

Era ini adalah zaman di mana ugama dan sains boleh duduk bersama-sama, ugama yang benar dan sains yang benar. Justeru, tiada percanggahan langsung diantara keduanya, juga tidak ujud pertelagahan antara keduanya. Inilah kesimpulan yang dicapai oleh cedikiawan Islam sejak zaman berzaman. Iaitu, tidak mungkin suatu fakta sains yang sahih boleh bercanggah dengan kebenaran yang diturunkan dari langit. Jika mereka berkata kita berada di zaman angkasa, itu sememangnya betul, ianya satu zaman dimana ilmu sains dan ugama boleh bersetuju diantara satu sama lain. Namun ini hanya mungkin berlaku diantara pengetahuan sebenar dan ugama Islam, yang Allah subahanahuwata’la jaga daripada diubah dan dipalsukan.

FAKTA-FAKTA SAINTIFIK TENTANG ISLAM

Salah satu aspek i’jaaz yang paling popular (sifat kemukjizatan) Al-Qur’an kali ini mengenai komennya pada aspek sains dimana Nabi Muhammad s.a.w. dan sahabatnya (pada waktu itu) tidak mengetahui tentangnya. Terdapat beberapa buku yang telah ditulis mengenai topik ini, mungkin yang paling popular adalah buku karangan oleh Dr. Maurice Bucaille; ‘Bibel Qur’an dan Sains Moden’[4]. Walaubagaimanapun perlu diingat bahawa Al-Qur’an tidaklah diturunkan sebagai kitab yang membincangkan asas atau teori-teori sains tetapi adalah kitab panduan dan petunjuk (keagamaan) bagi umat manusia. Sebarang rujukan subjek-subjek saintifik dari Al-Qur’an pada dasarnya adalah secara ringkas dan tidak dihuraikan secara terperinci. I’jaaz Qur’an kelihatan di mana walaupun dalam penjelasan yang terhad memperkuat secara pasti fakta sains moden dan memberikan pengetahuan yang tidak diketahui pada waktu hayat Nabi Muhammad s.a.w. Penjelasan Qur’an ini menunjukkan ianya bebas dari tuduhan menciplak aliran idea dahulu yang dipegang umat manusia pada waktu itu, seperti konsep Bumi itu tidak bergerak dan bintang-bintang dan planet-planet yang lainnya bergerak mengelilingi bumi.

Terdapat beberapa contoh ayat-ayat sebagaimana penjelasan mengenai pembentukan janin manusia. Air mani lelaki adalah gabungan dari berbagai unsur yang tersimpan dalam biji zakar (testicles); gelembung seminal, prostat dan kelenjar-kelenjar lain, oleh itu ia dirujuk sebagai ‘cecair yang bercampur’ [76: 2]. Secara harfiahnya jutaan benih (air mani) dihasilkan dengan sekaligus, hanya satu benih mani yang sebenarnya digunakan dalam proses persenyawaan – kuantiti yang sangat sedikit. Ini dirujuk kepada beberapa ayat Qur’an dengan kata ‘nutfah’ [75: 37] yang bererti campuran cairan dengan kuantiti yang sangat sedikit (setitis). Kemudian benih mani ini bercantum dengan telur wanita (ovum) dan membentuk zygoy (lihat gambarajah 2). Keadaan ini terjadi di dalam rahim ibu, pada ‘tempat penetapan yang kukuh’ [23: 13]. (Sila rujuk Bab Peringkat-Peringkat Kejadian Manusia).

Semasa proses bersalin, keluarnya bayi dari rahim ibu kedunia luar berlaku melalui saluran peranakan. Lazimnya saluran ini sangat sempit dan ketat. Walaupundemikian sejurus sebelum kelahiran beberapa perubahan akan berlaku; termasuklah pengeluaran beberapa harmon tertentu, pengecutan rahim dan pecahnya ‘sarung air’ disekitar bayi semuanya menyumbang kepada saluran peranakan ini menjadi longgar. Ini merujuk kepada ayat 80: 20; “Kemudian Dia mudahkan jalannya (melalui saluran peranakan - mudah bersalin)”

Mungkin cara terbaik untuk memahami keindahan ayat di atas adalah dengan melihat gambar embrio manusia sebagaimana ia melalui berbagai peringkat perkembangan… (Sila rujuk Bab Peringkat-Peringkat Kejadian Manusia). Gambaran kehidupan yang mudah dan jelas didapati dalam ayat-ayat ini (sebagai contoh 22: 5) dimana orang tidak mengetahui pada waktu hayat Nabi Muhammad s.a.w., mendemostrasikan i’jaaz Al-Qur’an dengan Sains.

Fakta-fakta lain yang didapati dalam Al-Qur’an adalah termasuk penjelasan tentang pembentukan susu [16: 66], pemikiran tentang orbit untuk planet-planet [21: 33 dan 36: 40], penjelasan mengenai kitar air [15: 22, 35: 9] dan banyak lagi. Setiap ayat dibincangkannya secara dasar dan merangkumi penciptaan-Nya kedalam ketogori ini. Dalam banyak ayat Allah membimbing umat manusia dengan penuh berhati-hati keatas penciptaNya dan menyebutkannya sebagai petunjuk kepada kewujudan dan kuasaan-Nya [3: 190-191].

Satu lagi nota terakhir pada konsep sains sebagai i’jaaz Qur’an: Tidak mungkin terdapat kontradiksi diantara ketetapan Allah dan Al-Qur’an perihal ciptaan-Nya (sains yang benar). Al-Qur’an ialah kitab Allah, oleh kerana ianya daripada Allah “tidak ada sebarang syak padanya” [2: 2].

Demikian pula peraturan-peraturan yang memerintah pencipta adalah daripada Allah jua. Di suatu pihak apa yang dipelajari sebagai ‘sains’ ialah percubaan manusia untuk memahami ciptaanNya dan peraturan-peraturan atau ketetapan Allah. Oleh itu penerimaan saintifik mungkin adalah salah atau tidak tepat dan ini telah didemostrasikan atau dibuktikan oleh sejarah; fakta-fakta saintifik seperti Bumi itu adalah rata atau matahari mengelilingi bumi sebagai orbitnya. Konsep-konsep ini dipercayai dengan sangat kuat oleh ‘ahli-ahli sains’ pada masa mereka, pada saat sesiapa yang menentang konsep-konsep tersebut telah ditangkap malah dibunuh. Lama kelamaan ahli-ahli sains mendapati ketidaktepatan konsep-konsep tersebut.

Oleh itu bilamana terdapat konflik diantara maksud ayat Qur’an yang jelas dan tegas (maksud qat'ee ad-dalaalah) dengan sains ‘moden’, seorang muslim hendaklah mengambil atau berpegang pada ayat Al-Qur’an tersebut tanpa ragu-ragu melebihi sebarang ‘fakta’ sains tadi. Penolakan salah satu ayat Qur’an atau maksud yang jelas adalah sama dengan menolak pengetahuan (ilmu) Allah. Sebagai contoh sebahagian besar dari majoriti golongan terpelajar non-muslim bersetuju dengan teori evolusi, sama ada ianya mempunyai bukti yang kuat atau tidak untuk menyokongnya. Al-Qur’an menjelaskan Allah sendiri menjadikan Adam; “… dan daripada (Adam) Allah menciptakan pasangannya (isterinya), dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…” [4: 1].

Oleh itu seorang muslim tidak boleh mempercayai teori bahawa manusia berketurunan atau berasal dari kera, tidak kira apapun ‘bukti’ yang mungkin dikemukakan[5]. Tidak seorangpun yang dibenarkan, seperti segelintir muslim yang telah cuba menafsirkan teks Qur’an untuk disesuaikannya secara rasional dengan teori-teori moden. Dengan mengikut seperti contoh diatas untuk cuba mentafsir kisah penciptaan Adam dan Hawa mempunyai ciptaan seperti spesis manusia neo Neanderthal, pada awal-awal lagi ianya sama dengan menghina dan menolak ayat tersebut!

Walaubagaimanapun, mungkin dapat dilihat konflik diantara sepotong ayat dan satu fakta saintifik. Ini berlaku bila segelintir golongan terpelajar mungkin hanya mengambil satu makna dari suatu ayat bila makna itu memperkuat ayat tersebut, tetapi ayat tersebut mungkin juga membawa makna yang lain (secara dasarnya, ayatnya ialah dhannee ad-dalaalah). Sebagai contoh sebahagian golongan terpelajar memahami ayat-ayat dari Al-Qur’an [“Dan Dialah yang menjadikan bumi terbentang luas” (13: 3) dan (15: 9)] bagi menunjukkan yang bumi itu rata, kerana kata ‘madd’ boleh juga bermaksud ‘yang meluaskan’. Walaubagaimanapun ayat ini tidaklah menegaskan yang bumi itu rata dan untuk menyimpulkannya dari ayat di atas memerlukan beberapa derjat tingkat penafsiran. Oleh kerana dengan jelas terbukti bahawa bumi tidak rata, penafsiran ini harus ditolak. Tafsir ayat tersebut ialah Allah menjadikan bumi terbentang luas untuk umat manusia dan bukannya bumi itu rata (Prinsip ini juga boleh diaplikasikan untuk ayat 'baynas sulbi wat taraaib' dalam surah At-Tariq merujuk kepada air mani dan diterjemahkan sebagai “yang dihasilkan dari antara tulang sulbi (lelaki) dan tulang dada (perempuan)” – Edisi Web)

Juga asasnya fakta-fakta saintifik tidak dibaca di mana ianya tidak wujud. Malangnya ini telah menjadi sesuatu tren yang lumrah dikalangan para Muslim ‘moden’ yang memiliki pengkhususan dalam sains, tetapi tidak arif dengan penafsiran Qur’an[6]. Sekali lagi Al-Qur’an “… ialah sebuah kitab panduan… dan bukan sebuah buku sains atau nota-nota fakta saintifik yang samar”[7].

Sebagai contoh, ramai orang menterjemah ayat dibawah sebagai ramalan pengembaraan manusia ke ruang angkasalepas.

“Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintaslah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuasaan” [Qur’an Surah 55: 33]

Walaubagaimanapun melihat pada ayat seterusnya dan authentik tafsir oleh Ibn Katheer dan At-Tabaree, akan menunjukkan bahawa ayat ini merujuk kepada jin-jin yang mendengar bisikan malaikat di langit (atau kepada kebangkitan pada hari kiamat), dan bukan kepada penjelajahan inter-galektik!

Sebagai kesimpulannya, walaupun aspek saintifik Al-Qur’an adalah salah satu aspek-aspek i’jaaznya, ianya mesti diletakkan ditempat yang sesuai dan metadology yang sesuai hendaklah digunakan semasa mengutip contoh-contoh seperti ayat-ayat tersebut. Ia boleh membawa banyak keburukan berbanding kebaikan apabila beberapa ayat Al-Qur’an ‘diputar’ dari kata asalnya untuk mengatakan dan untuk menunjukkan bukti bahawa Qur’an mengandungi sebahagian fakta-fakta saintifik secara tidak langsung. Suatu perkara yang harus diberi perhatian adalah dimana dan apakah metadology yang digunakan bagi melihat bagaimana kekeliruan kesimpulan tersebut. (Sebagai contoh, Muhammad Rasheed Ridaa (d. 1935), salah seorang yang mengasaskan pergerakan ‘Modenis’ menegaskan bahawa ‘Jin-jin’ yang dirujuk dalam Al-Qur’an sebenarnya adalah menyinggung penemuan kuman penyakit ‘arraying’!) Bilamana fakta-fakta sedemikian jelas dan dengan tegas dari ayat Qur’an, ianya haruslah dijelaskan (seperti contoh-contoh yang dikutup diatas – dan di dalam buku ini insya-allah), tetapi bila ianya berlawanan dengan maksud ayat tersebut ia haruslah ditinggalkan.

Dipetik dan disesuaikan dari “Pengenalan kepada Sains-sains Al-Qur’an” oleh Abu Amaar Yasir Qhadhi [8].

_____________________________________

Nota Kaki:

[4] Buku ini adalah sebuah buku yang sangat berguna di dalamnya terdapat banyak huraian ayat secara saintifik. Walaupun begitu terkadang penulisnya mentafsirkan ayat dengan pemahaman yang tidak sesuai seperti dimukasurat 167-169. Juga salah satu bab yang terakhir, ‘Qur’an, Hadith dan Sains Moden’, dimana terdapat pandangan yang menyimpang terhadap hadith dan ini menunjukkan penulis tersebut tidak begitu arif dengan subjek (ilmu hadith) tersebut. Pendirian beliau terhadap kesahihan dan status hadith Nabi Muhammad s.a.w. juga tidak tepat.

[Nota:-- Antara lain Dr. Maurice Bucaille dalam buku tersebut mengkritik beberapa hadith dalam bab Qur’an Hadith dan Sains Moden. Berikut adalah satu contoh kritikan beliau terhadap hadith yang dipetik dari buku tersebut mengenai tahap-tahap perkembangan embrio:

“…terdapat keterangan tentang tahap-tahap pertama daripada perkembangan embrio. Keterangan tentang waktu yang diperlukan oleh tahap-tahap itu terasa aneh; satu tahap untuk mengumpulkan unsur-unsur yang menyusun manusia, Iamanya 40 hari, satu tahap di mana embrio itu merupakan “sesuatu yang melekat” lamanya 40 hari, dan satu tahap di mana embrio menjadi seperti daging yang dikunyah lamanya juga 40 hari. Kemudian setelah campur tangan malaikat untuk menentukan hari kemudian embrio itu, suatu roh ditiupkan dalam embrio tersebut. Gambaran perkembangan embrio seperti tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains moden.”

Hadith yang hampir sama telah dibincangkan di dalam buku ini oleh Profesor T.V.N. Persaud (sila rujuk Bab Penyakit Baru Kerana Kelucahan dan Kemaksiatan), lihat gambarajah peringkat-peringkat perkembangan embrio dalam bab tersebut yang mungkin dapat membantu memahami hadith diatas dengan lebih baik. Nampaknya hadith tersebut dapat diterima oleh sains moden, dengan demikian ternyata bahawa kritikan Dr. Maurice Bucaille seperti diatas adalah kurang tepat dan kita menegaskan sekali lagi bahawa tidak ada kontradiksi di antara hadith yang sahih dengan sains moden. -- Pent]

[5] Meskipun begitu kebenaran teori evolusi itu mempunyai banyak kelemahannya dan masalah-masalahnya yang tersendiri.

[6] Orang-orang seperti ini merasakan bahawa bagi membuktikan kebenaran Al-Qur’an, mereka mestilah membuktikan apa-apa yang telah diperkatakan oleh sains mestilah sudah dibincangkan di dalam Al-Qur’an. Walaubagaimanapun sifat mukjizat Qur’an itu sendiri tidak memerlukan pembuktian aneh seumpama itu.

[7] Von Denffer, hlm. 157. Dengan kata lain, tidak ada kiasan saintifik yang ketiga terpendam dibawah setiap ayat Al-Qur’an, menunggu untuk digali oleh Muslim yang sangat bersemangat dan imaginatif!

[8] Versi bahasa Inggerinya berjudul “An Introduction to the Sciences of the Qur’aan” – Pent.

Tuesday, November 17, 2009

SHOLAT DHUHA


Segala puji hanyalah milik ALLAH, Rabb yang Maha Suci lagi Maha Agung, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Salam dan selawat semoga senantiasa kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta istri dan keluarga beliau.
Sunat Dhuha adalah salah satu shalat sunat yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka adalah kebaikan bagi kita untuk mengetahui sunnah ini.


WAKTU-WAKTU HARAM
Dari Ibnu Abbas berkata: “Datanglah orang-orang yang diridhai dan ia ridha kepada mereka yaitu Umar, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang sholat sesudah Subuh hingga matahari bersinar, dan sesudah Asar hingga matahari terbenam.” [HR. Bukhari]

Dari Ibnu Umar berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apabila sinar matahari terbit maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari tinggi. Dan apabila sinar matahari terbenam, maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari terbenam”. [HR. Bukhari]

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dua sholat. Beliau melarang sholat sesudah sholat Subuh sampai matahari terbit dan sesudah sholat Asar sampai matahari terbenam. [HR. Bukhari]

Dari Muawiyah ia berkata (kepada suatu kaum): “Sesungguhnya kamu melakukan sholat (dengan salah). Kami telah menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kami tidak pernah melihat beliau melakukan sholat itu karena beliau telah melarangnya, yaitu dua rakaat sesudah sholat Asar”. [HR. Bukhari]


Dari Uqbah bin Amir: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang sholat pada tiga saat: (1) ketika terbit matahari sampai tinggi, (2) ketika hampir Zuhur sampai tergelincir matahari, (3) ketika matahari hampir terbenam.” [HR. Bukhari]

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang sholat pada waktu tengah hari tepat (matahari di atas kepala), sampai tergelincir matahari kecuali pada hari Jumat. [HR. Abu Dawud]

Menurut jumhur ulama, sholat ini adalah sunat Tahiyatul Masjid, selain sholat ini tetap dilarang melakukan sholat apapun.


Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Matahari terbit dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada dekat dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada waktu matahari berada tepat di tengah-tengah langit, ia kembali dekat dengan setan, dan ketika telah zawal (condong ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada waktu hampir terbenam, ia dekat dengan setan, dan setelah terbenam ia berpisah lagi darinya.” [HR. Nasa’i]


Waktu-waktu itu adalah waktu yang haram untuk shalat. Artinya apabila kita melakukan shalat sunat pada waktu haram, maka bukan pahala yang kita dapatkan, melainkan dosa.

Waktu-waktu haram yang mengapit shalat Dhuha:

Waktu haram #1 = sesudah Shalat Subuh hingga matahari bersinar, atau kurang lebih sejak jam 06:00 AM hingga 07:45 AM

Waktu haram #2 = ketika hampir masuk waktu Zuhur hingga tergelincir matahari, atau kurang lebih jam 11:30 AM hingga 12:00 PM


TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT DHUHA

8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.”
[HR. Muslim]

Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.

Membaca surah Al-Fatihah

Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.

Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.

Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.

Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.

Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam.

Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena semua Al-Qur’an adalah kebaikan.

Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan bukan doa untuk keburukan.

Doa yang terkenal dalam mazhab Syafi’i ada pada slide selanjutnya. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita sukai. Namun karena ada aturan mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan menyebut nama ALLAH, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA - WAL BAHAA ‘ABAHAA ‘UKA – WAL JAMAALA JAMAALUKA – WAL QUWWATA QUWWATUKA – WAL QUDRATA QUDRATUKA – WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA.
ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU – WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU – WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU – WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU – WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA.
AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.

Artinya:

“Wahai ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU – dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU - dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU.
Wahai ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah – Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jikalau sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah - dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU.
Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.



KEUTAMAAN SHALAT DHUHA
Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]

Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]

ANJURAN SHALAT DHUHA
Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami]


Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.


KEUTAMAAN SHALAT DHUHA
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]


Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
[HR.


WAKTU PELAKSANAAN SHALAT DHUHA
1. WAKTU SHALAT DHUHA
Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”.
[HR. Muslim]


Penjelasan:
Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.

SIMULASI JAM WAKTU DHUHA DAPAT DI LIHAT PADA GAMBAR :............

HATI-HATI SHALAT PADA WAKTU HARAM

Sunday, November 15, 2009

URUTAN PERISTIWA YANG SEDANG KITA TUNGGU





Segala pujian hanyalah bagi ALLAH tuhan yang Maha Suci dan Maha Agung. Satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Tidak ada sekutu bagi ALLAH sang penguasa alam ghaib, DIA pemilik segala rahasia dan ditangan ALLAH langit dan bumi. Salam dan selawat senantiasa tercurah kepada insan utama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam pemimpin kaum mukmin.
Untuk memudahkan pembaca memahami penafsiran hadis-hadis dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam yang telah dan akan kita sampaikan dalam forum CR ini, maka kita akan menyampaikan terlebih dahulu rangkaian peristiwa yang terjadi menurut hadis Rasul, yang kita bagi menjadi 3 phase yaitu:
Phase 1 adalah tanda-tanda kecil yang sudah terjadi hingga Perang Dunia 3
Phase 2 adalah masa-masa emas Islam bersama Imam Mahdi dan Nabi Isa al Masih
Phase 3 adalah tanda-tanda besar hingga berdirinya kiamat

Semoga dengan penafsiran yang diambil dari pendapat orang-orang pandai itu dapat kita jadikan sebagai renungan dan pelajaran, sudah seberapa banyakkah amalan dan ibadah yang kita kerjakan kepada ALLAH? Dan sudah siapkah diri kita apabila maut itu datang menjemput?
Semoga ALLAH subhanahu wa ta’ala memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.


PHASE 1
Urutan peristiwa ini dihitung dari seluruh tanda-tanda kecil kiamat hingga terjadinya peperangan besar yaitu Perang Dunia 3 yang merupakan tanda awal datangnya Imam Mahdi dan pembaiatan beliau oleh seluruh umat muslim di dunia.
Saat ini kita berdiri ditahun 2006, insya ALLAH yang akan kita dengar berita dunia selanjutnya adalah penyerangan Amerika dan sekutunya terhadap Syria, dengan dalih perang melawan terorisme internasional. Tujuan mereka selanjutnya yaitu menguasai Saudi Arabia, mungkin serangan Amerika ini hanya sebagai “bantuan” kepada seorang keluarga Kerajaan yang ingin berkuasa di Arab, kemudian mereka menyebut pemimpin baru ini sebagai “As Sufyani”. Selanjutnya Amerika juga akan menyerang Iran yang diketahui mempunyai banyak nuklir. Turki yang berteman dengan Amerika akan mengambil alih Irak. Invasi Turki atas Irak ini akan menjadi dalih oleh Rusia untuk memasuki Turki. Pada saat Amerika berada di Iran, maka kaum Muslim Khurasan tentu akan melakukan perlawanan terhadap mereka. Pada saat yang bersamaan pula, Rusia menyerang Turki dan pangkalan militer Amerika disana. Dan serangan Rusia itu akan memancing dunia untuk terlibat dalam PD3. Rusia-Perancis-Jerman-China-Korea akan berada pada blok WARSAWA, sedangkan Amerika-Inggris-Italy-Spanyol-Australia-Jepang-India berada pada blok NATO, sedangkan Arab yang dipimpin “As Sufyani” akan berpihak ke NATO. Pada perang ini masing-masing negara akan saling tembak dengan nuklir.



PHASE 2
Urutan peristiwa dihitung sejak terjadinya Perang Dunia 3 yang mana setelah perang ini maka Imam Mahdi akan datang.
Pada perang ini Rusia dan sekutunya akan kalah. PD3 ini hanya terjadi selama beberapa bulan saja, namun dunia akan penuh kehancuran. Setelah perang ini, masuklah musim haji dan Imam Mahdi akan bersama rombongan haji. Beberapa kejadian ajaib akan menandai kehadiran beliau yang akan diketahui oleh seluruh umat muslim dunia. Sesudah dibaiat, kemudian Imam Mahdi memimpin seluruh muslim untuk berperang menegakkan kalimat ALLAH selama 7 tahun. Yellowstone Super Vulcano akan meledak pada zaman beliau, membakar 2/3 benua Amerika dan akan menghancurkan negara dajjal ini. Tidak ada lagi tempat dan pengikut buat Al Masih Dajjal kecuali ia harus keluar dari persembunyiannya di Amerika yang hancur lebur. Dajjal kemudian berkeliling dunia untuk menyebar kekafiran.
Setelah turunnya Nabi Isa Al Masih untuk membunuh Dajjal, Imam Mahdi menyerahkan kepemimpinan Islam ketangan Nabi Isa. Dan dibawah komando Nabi Isa Al Masih, seluruh umat Yahudi ditanah Palestina akan dibunuhi. Eropa akan diserang dan Vatikan Italy akan dihancurkan karena Nabi Isa akan mengambil naskah Injil asli dan Taurat asli di Vatikan ini. Injil dan Taurat Asli itu akan disebarkan sebagai kitab-kitab suci Umat Islam. Kemudian Nabi Isa akan memerintahkan untuk membunuhi umat Kristen (Nasrani) dan membunuhi babi, tidak ada pilihan bagi orang-orang kafir kecuali masuk Islam atau mati.


PHASE 3

Urutan peristiwa dihitung sejak wafatnya Imam Mahdi, kemudian Nabi Isa akan berhaji dan setelah itu beliau juga wafat. Kemudian seluruh ulama mursyid dan mujtahid juga akan diwafatkan oleh ALLAH subhanahu wa ta’ala. Ilmu agama Islam akan benar-benar dicabut secara sempurna dan hilang dari muka bumi. Tinggallah yang hidup manusia yang terbagi dalam dua kelompok yaitu mukmin, dan munafik. Orang-orang mukmin akan tetap beribadah kepada ALLAH. Sedangkan orang-orang muslim munafik akan kembali menjadi kafir dan akan menjadi bertambah kejahilannya dengan berzina di pasar dan seperti hewan, meminum khamar, judi, berkelahi membunuh dan lain sebagainya.
Setelah puluhan tahun keadaan yang rusak begitu menjadi-jadi. Kemudian matahari terbit dari arah barat, maka berarti pintu tobat ditutup dan tidak ada lagi pengampunan dari ALLAH subhanahu wa ta’ala. Kemudian muncul makhluk (hewan) yang dapat berbicara, hewan ini akan memberi tanda kepada orang-orang Muslim dan kafir. Setelah ia menghilang, kemudian ALLAH menurunkan awan (asap) ke seluruh permukaan bumi yang akan mengakibatkan matinya seluruh manusia mukmin dan muslim. Tinggallah di bumi manusia-manusia kafir yang akan hidup untuk beberapa puluh tahun lamanya. Mereka akan menghancurkan Ka’bah dan mesjid Nabi. Lalu ALLAH akan memberikan gempa-gempa ke seluruh bumi dan terakhir gempa di Arab yang kemudian disusul oleh keluarnya api dari negeri Yaman yang akan menghalau manusia berkumpul menuju Arafah. Lalu kehancuran alam semesta dimulai.


URUTAN TANDA-TANDA DARI WORLD WAR 3 HINGGA KIAMAT BESAR
Berdasarkan pendapat:
Syaikh Nazim Al Haqqani
Amin Muhammad Jamaluddin
Muhammad Isa Dawud
Nostradamus

KLIK DISINI :

KLIK DISINI :
SILAHKAN KLIK PADA GAMBAR UNTUK ENDAPATKAN FORM ORDER